Rabu, 19 Agustus 2020

Siapkah Konten Kreator untuk lebih bijak dalam membuat konten?

Meningkatnya penggunaan internet dan media sosial serta arus informasi yang dapat diterima dari berbagai media membuat kita sebagai pemberi dan penerima informasi ikut terlibat langsung dan harus bertanggung jawab secara moril dengan apa yang terjadi akibat dampak bebasnya informasi yang mengalir deras dari berbagai media sosial.

Berangkat dari permasalahan tersebut, banyak para konten kreator berinisiatif untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dalam menghadapi permasalahan gelombang informasi lewat media sosial.

Acara kelas zoom bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diadakan tanggal 14 Agustus 2020 dengan tema "Mengisi Kemerdekaan dengan Postingan Positif" ini sangat luar biasa.  Diisi oleh 3 narasumber yang sudah piawai di bidangnya masing-masing.

Membahas tentang literasi media digital yang kini cenderung masih kurang perhatiannya masyarakat kita dalam hal rambu-rambu dalam bersosial media sebelum mempostingnya sebagai sebuah konten. Ini dikarenakan adanya kebebasan dalam bersosial media tanpa disaring terlebih dahulu karena banyak pengguna media sosial yang belum paham arti literasi media digital.

Semangat kemerdekaan saat ini dapat terlihat dalam banyak cara. Begitu pula kita dalam kemerdekaan berinternet dan bersosial media. Sadarkah kita bahwa saat kita sudah bersentuhan dengan media sosial disitulah kita sudah menjadi bagian konten kreator.

Dikatakan sebagai konten kreator bukan hanya sebagai pembuat kontennya saja namun juga saat kita merespon dengan komentar atau memposting ulang konten orang lain disertai tambahan judul atau komentar yang tidak sesuai dengan literasi digital disitulah sering menjadi senjata makan tuan bagi orang yang mempostingnya.

Atau bisa pula dengan orang lain yang ikut berkomentar atau merespon sebuah konten secara berlebihan sehingga berdampak negatif bagi si pembuat konten ataupun si komentator itu sendiri.

Bagaimana membuat konten yang keren menurut Mbak Amy Kamila

Perilaku bersosial media masyarakat kita saat ini beragam, ada yang cenderung bertujuan ingin kontennya dapat segera viral, tanpa pertimbangan literasi digital, manfaat serta efek dari konten yang dibuatnya. Namun ada pula konten kreator yang masih berprinsip untuk dapat membuat konten yang bermanfaat bagi orang banyak.

Menurut pendapat Mbak Amy Kamila, dengan membuat konten menjadikan manusia terhubung dengan sebuah karya. Dan karya merupakan keterikatan dengan waktu, sejarah, perilaku.

Sebuah konten dikatakan keren apabila konten tersebut dibuat dengan kreatif , dapat bermakna dan dapat menginspirasi perilaku positif. Dan konten dapat menjadi viral itu adalah bonus. Jadi tujuan kita dalam membuat konten jangan sampai terbalik, kita harus tetap menomorsatukan manfaat dari konten yang kita buat.

Langkah-langkah membuat konten:

1. Menentukan alasan

Alasan apa yang mendorong kita membuat konten. Ini sama seperti kita dalam membuat tujuan, apa saja yang akan kita targetkan dalam membuat konten.

Apakah kita hanya fokus agar konten yang kita buat dapat cepat viral tanpa ada maknanya? Atau kita tetap punya prinsip agar konten yang kita bagikan dapat bermanfaat bagi orang banyak. Nah disinilah kita harus memilah lagi alasan dan tujuan kita dalam membuat konten.

2. Menuangkan ide

Poin penting yang disampaikan Mbak Amy adalah “Ide tanpa dimulai akan tetap menjadi ide bukan karya.”

Dalam Teori psikologi, manusia cenderung untuk mengevaluasi, itulah kenapa dalam hidup pasti selalu ditemui adanya revisi.

Buatlah konten dengan dasar ide yang paling sederhana tentang berbagai hal yang ada disekeliling  dalam keseharian kita. Ide yang kita sudah dapatkan lalu kita kembangkan dengan pertimbangan norma yang ada, pastikan bahwa konten yang kita akan buat dapat bermanfaat bagi orang lain dan membawa dampak positif.

3. Alur

Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada konten yang kita buat, itulah gunanya saring sebelum sharing. Alur konten harus dapat memudahkan orang lain menjadi paham dengan maksud dan tujuan konten yang kita buat.

4. Media 

Dalam menuangkan ide menjadi sebuah konten kita membutuhkan media, bisa dalam bentuk blog atau tulisan, video ataupun gambar. Berbeda kontennya pasti berbeda pula medianya, apakah kita memilih menuangkannya lewat blog, media sosial, Youtube atau televisi.


Menurut mbak Ani Berta; Perjuangan kita saat ini bukan perang dengan senjata, tapi kita sedang berjuang di era social media

Saya setuju sekali dengan pendapat ini. Begitu banyaknya arus informasi yang kita terima dari banyaknya media sosial yang ada, menuntut kita untuk bisa memilih dan memilah informasi dan konten seperti apa yang dapat kita pakai sebagai acuan kebenaran agar terhindar dari hoax. Inilah yang disebut dengan perang melawan hoax.

Bayangkan, satu orang saja sudah bisa tergabung dalam beberapa grup di dalam media aplikasi WhatsApp. Berapa banyak informasi yang diterima dalam satu harinya dengan berbagai macam konten.

Sebagai pribadi yang sadar akan pentingnya  keakuratan informasi yang didapat haruslah kita dapat menyikapinya dengan bijak. Kita kawal informasi dengan kemampuan kita.

Apa saja yang bisa kita lakukan? yaitu dengan tidak memposting ulang dan membagikannya kembali ke orang lain atau bahkan kita jadikan konten tanpa kita cari tahu dahulu informasi tersebut memang sudah terbukti benar atau keliru.

Mungkin sudah banyak kita temui teman kita bahkan family kita sendiri melakukan tindakan memposting ulang berita hoax dan sejenisnya tanpa mencari tahu dahulu kebenaran dari informasi tersebut. 

Tentunya kita tidak dapat mengendalikan tindakan orang lain, namun kita masih bisa mengambil tindakan dengan memberikan informasi yang dengan mencantumkan link klarifikasi sanggahan dari media yang kredibel bahwa informasi tersebut adalah kategori hoax.

Atau paling tidak tindakan yang bisa kita ambil adalah tidak ikut menyebarkan informasi hoax tersebut. Cari tahu dahulu kebenaran informasinya dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang valid sehingga dapat mendukung kebenaran informasi tersebut.

Pendukung untuk keakuratannya bisa kita dapatkan dari berbagai media mainstream yang berkualitas, agar kita tidak masuk juga dalam kategori penyebar hoax dan merespon terlalu cepat informasi tersebut.

Lalu ada amunisi edukasi. Lakukan edukasi kepada teman-teman kita di media sosial dengan karakter personal branding diri kita sendiri. Membiasakan diri kita untuk menguatkan konten personal dengan memposting konten yang positif, penuh semangat, motivasi dan menghindari perdebatan. Buatlah konten yang bermanfaat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Konten personal yang kita buat memiliki kekuatan yang terkadang tidak ada dimiliki oleh media resmi. Lalu bagaimana caranya membuat konten yang memberikan vibes positif atau pengaruh yang positif? Ini dapat kita lakukan dengan cara membuat konten yang lebih disukai seperti misalnya menyemangati, memotivasi dan juga menghindari perdebatan.

Gunakanlah akun media sosial yang kita miliki untuk saling berbagi macam wawasan, atau bisa juga seperti tutorial, berbagi resep, refleksi ilmu dan bisa juga misalnya berbagi inspirasi tentang tokoh.

Media sosial yang kita miliki dapat menjadi corong informasi, yaitu :

  1. Bagi pemerintah : terkait regulasi, program dan pengumuman penting

  2. Bagi warga : menjadi jembatan bagi pihak yang berkepentingan

  3. Aspirasi diri : dengan media sosial yang dimiliki bisa sumbang saran dan kontribusi


Kita saat ini darurat literasi, seperti kata Kang Maman

Masih minimnya kesadaran di masyarakat kita dalam hal literasi. Minat atau hobi membaca di masyarakat kita masih rendah dibandingkan dengan negara lain. 

Di era yang serba digital saat ini kita dituntut untuk dapat dewasa secara literasi. Ini dimaknai dengan banyaknya informasi yang saat ini kita terima jangan sampai membuat kita ikut terlibat dalam penyebaran ujaran kebencian. Usahakan untuk bijak dalam menyaring semua informasi yang didapat.

Selalu perhatikan 5W 1H. Apa peristiwanya? Siapa yang berbicara? Mengapa bisa terjadi peristiwa itu? Kapan terjadinya peristiwa itu? Di mana terjadinya peristiwa itu? Dan bagaimana caranya peristiwa itu dapat terjadi?

Apa tujuan kita membuat postingan tersebut? Pastikan untuk selalu verifikasi informasi yang kita dapat, apakah telah memenuhi unsur 3 B? benar, baik, dan bermanfaat?


Rumusan Kang Maman tentang 5R: 

1. Iq(R)a (membaca). Penulis yang baik suka membaca. Penulis yang baik suka membaca berulang-ulang. 

Sebagai konten kreator tentulah kita diharuskan untuk berhati-hati dalam membuat suatu konten. Selalu upayakan untuk membuat konten yang dapat berdampak positif. 

Dalam membuat konten diperlukan pemikiran yang luas agar konten yang kita buat dapat berguna bagi orang lain. 

Lalu bagaimana cara kita agar dapat menambah wawasan? Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menambah wawasan kita, bisa dengan banyak menonton berita, menonton atau menghadiri talkshow yang di isi oleh bara sumber yang berkompeten, dan juga banyak membaca buku, literasi ,makalah dan sebagainya yang dapat dijadikan sumber menambah wawasan. 

2. (R)iset. Indonesia risetnya masih lemah, berbicara tentang data, baru fakta, blogger yang baik juga harus melakukan riset. Harus ada kesesuaian antara data dan fakta. Pastikan bahwa sudah sesuai dengan kenyataan bukan sekedar pernyataan. Seorang penulis dalam membuat suatu konten haruslah berdasarkan data yang akurat. Sehingga apa yang kita sampaikan dapat dipertanggung jawabkan.

3. (R)eliable. Tingkat kesalahan harus mendekati nol. Melihat secara menyeluruh. Karena dengan salah penulisan juga akan salah dalam penyampaian. 

Nah ini juga termasuk dalam membaca ulang apa saja yang sudah kita tulis dalam sebuah konten sebelum kita publish keluar. Apakah sudah benar setiap katanya sesuai KBBI dan juga etika dalam bermedsos.

4. (R)eflecting. Memperkaya sudut pandang.  Melihat secara keseluruhan. Dapat menerima perbedaan, karena beragam itu anugerah. Sebagai penulis yang baik, tentulah dapat memberikan pengaruh atau dampak yang positif bagi orang lain. Termasuk dalam menyampaikan pemikiran, sudut pandang yang mungkin berbeda dengan orang lain. Kita harus menghindari perdebatan, karena tujuan kita harus tetap dapat membuat dampak ynag positif. Hormati perbedaan. 

5.  W(R)ite: Menulis. Tuangkan ide dalam bentuk tulisan. Indonesia butuh penulis. Dengan membiasakan diri kita menulis maka akan terbentuk pola pikiran kita yang lebih terstruktur. 

Setiap kali kita mendapatkan ide untuk sebuah konten, kita bisa langsung membuat nya dalam bentuk outline atau draft  bila memang waktunya belum bisa di jadwalkan dalam waktu dekat untuk menyelesaikan tulisannya. 

Sehingga pada saat kita sudah siapkan waktu khusus untuk melanjutkan tulisan, kita hanya perlu membuka draft yang sudah ada tulisan kita, lalu menyelesaikan nya dalam waktu yang sudah kita tentukan sendiri.

Kita harus cerdas dalam hal literasi baca tulis, numerik, financial, budaya, keluarga, dan digital. Kenapa sangat penting untuk cerdas dalam literasi digital? sebab saat ini kita memang hidup di era digital. 

Perlu diingat untuk selalu terapkan 4K; komunikasi, kolaborasi, kreativitas, kreatif berpikir (asal kata dari kata critical thinking, yang artinya berpikir kritis).

Saat ide datang, segera tuangkan dalam tulisan jangan pernah menundanya. Teruslah berkarya dengan membuat konten yang bermanfaat dan berdampak positif. 

Semangat!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar